Rabu, 30 Mei 2012

Ini cinta

Aku mencintai mu, hanya itu yang aku tau.. kapan kau akan berhenti bertanya tentang alasan aku mencintai mu.? lelah ku mendengar pertanyaan itu, karena aku pun tak tahu mengapa aku mencintaimu.. Rasa ini tumbuh dengan tulus dan ikhlas untuk mu, hanya untuk mu... selalu ku sirami cinta ini dengan ketulusan, ketulusan yang tiada henti, walau seberapa sakit yang kau cipta dihati ku, walau seberapa sering sakit yang beri dihati ku, hati ini tetap mencintai mu dengan tulus.. begitu bahagia bisa mencintai seseorang dengan ketulusan :-) sungguh bahagia.. betapa tidak beruntung nya orang yan tidak pernah merasakan ketulusan cinta dihati nya, aku beruntung bisa menciptakan rasa tulus ini.. terima kasihh Muhammad Afwan Nugraha, walau cita yang kau beri untukku tak seperti harapan ku..

AH PACARAN …KENAPA GA’ BOLEH SIH?

Sesungguhnya Islam itu Indah dan membawa kebahagiaan bagi yang menjalankannya dengan ikhlas mengharap keridaan Alloh Subhanahuwataala semata (mengharap wajah Alloh kelak di akhirat). Bukankah pacaran itu indah dan membahagiakan? Mengapa Islam melarang keindahan dan kebahagiaan ? Si Fulan melihat teman-teman di sekitarnya asyik berpacaran. Mereka selalu berdua, punya teman curhat, punya tempat untuk mencurahkan kasih sayang, diperhatikan dan dimanja oleh pujaan hati, dan serentetan “slide” lainnya yang membuat Fulan iri. Tapi karena keimanan yang Fulan miliki, di lubuk hatinya masih terdengar suara indah : ”Tidak, ini adalah aktivitas mendekati zina”. Tapi setan tidak tinggal diam, ada suara lain di hati Fulan : “Ah, jangan terlalu alim! Hidup hanya sekali! Rugi kalau nggak pacaran! Kapan lagi kamu bisa bermesraan dan merasakan kebahagiaan? Toh kamu tidak melakukan zina!”. Lain waktu setan melancarkan jurusnya yang lain : “Kalau kamu tidak pacaran, kamu baklalan ngga’ dapat jodoh!” Ach yang bener…?? “Semangat belajarmu bias meningkat!” Dasar setan, si musuh bebuyutan yang selalu menggentayangi anak manusia untuk bermaksiat kepada Rob Azza Wa Jalla. “Sesungguhnya setan itu adalah musuh utama bagimu, maka jadikanlah ia musuh (mu), setan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala.” (Fatir ; 6) Ternyata teman-teman kita masih banyak yang juga berpendapat demikian, makanya pembahasan mengenai pacaran adalah hal yang ga’ pernah basi bahkan ditunggu-tunggu untuk sekedar mengingatkan ato refreshing keimanan bagi kita yang udah tahu ilmunya. Walaupun jika kita merasa bahwa aktivitas pacaran bukan merupakan aktivitas zina, tapi segala proses pacaran adalah tidak lepas kecuali menuju/ mendekati perbuatan keji tersebut. Dari Abu Huroiroh Rodiallohuanhu. Rosululloh bersabda : “Ditulis pada Ibnu Adam bagian-bagian dari zina. Zinanya mata adalah memandang, zinanya lisan adalah berbicara, zinanya kedua telinga adalah mendengar, zinanya kedua tangan adalah meraba, zinanya kaki adalah melangkah, dan jiwa yang berkeinginan adalah menyenanginya dan farji (kemaluan) yang membenarkan atau mendustakan.” Apakah saling berpandangan dalam pacaran tidak menimbulkan syahwat? Apakah saling berbicara dan bermanja-manja tidak menimbulkan gejolak jiwa? Apakah saling bersentuhan tangan tidak membuat merinding bulu roma? Apakah berangan-angan untuk itu tidak melenakan manusia? Sudah jelas dan trgas di jelaskan dalam hadist shohih di atas, meskipun farji tidak melakukan aktivitas zina, tetap segala sesuatu yang menjurus kepada hal itu dikatakan zina. Meskipun hokum yang berlaku atasnya berbeda dan tingkat dosanya berbeda-beda. Wallahu a’lam. Lalu mengapa kita seringkali tergiur kapada aktivitas harom ini, padahal sudah jelas-jelas keharomannya? Jawabannya adalah pada diri kita sendiri. Apakah kita sudah mengetahui ilmunya, ataukah kita seperti orang munafik yang tau ilmu tapi tidak berusaha untuk mengamalkannya. Ataukah kita malas mencari ilmu syar’i yang bisa menunjukkan jalan keselamatan, membuka pintu hidayah Alloh Subhanahuwataala. Firma Alloh dalam surat Al Isro’ : 32 “Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan keji dan munkar.” Mencari ilmu syar’i adalah kewajiban bagi tiap muslim. Tidak hanya mengetahui dan mengamalkan hokum Pacaran, tapi hal-hal lainnya yang jauh lebih penting seperti ibadah, fiqh, akhlaq, adab, muamalah, dan lain-lain yang harus kita cari ilmunya untuk diamalkan dari hal-hal yang wajib, nafilah (ibadah keutamaan) hingga manghindari hal-hal yang makruh serta tidak terlena dalam hal-hal yang mubah. Jadilah seorang pejuang Alloh yang punya misi hanya tertuju pada Alloh. Setiap hela napas kita hanya tertuju untuk beribadah kepada Alloh Subhanahuwataala. Sesungguhnya Islam itu indah dan membawa kebahagiaan bagi yang menjalankannya dengan ikhlas hanya mengharap ridho Alloh Subhanahuwataala semata, serta dengan I’tiba’ (mengikuti) sesuai dengan apa yang diajarkan Rosululloh melalui pemahaman para Sahabat Rodiallohuanhum, tabiin dan tabiut tabi’in Rohimakumulloh (Salaf As-Sholih). Bukankah pacaran itu indah, dan membahagiakan mengapa Islam melarangnya? Syubhat klasik yang sering dilontarkan oleh para pemuja hawa nafsu. Segala sesuatu dalam benaknya tentang keindahan pacaran hanya merupakan sesuatu yang semu belaka. Begitulah setan membuat indah dunia ini dalam pandangan orang-orang yang rapuh imannya. Bukankah Alloh telah mengingatkan bahwa sesuatu yang baik menurut manusia belum tentu baik menurut Alloh? Hanya Allohlah yang Maha Tahu segala yang terbaik bagi hamba-Nya. Solusinya? Alloh menumbuhkan rasa cinta dalam tiap dada manusia terhadap lawan jenis yang merupakan fitroh manusia. Alloh juga menyediakan tempat penyaluran jenis cinta yang satu itu jauh lebih indah dari sekedar pacaran, yakni pernikahan. Sungguh salah satu bukti keindahan Islam. Alloh berfirman dalam surat Ar-Ruum:21 “Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.” Jika Alloh melarang kita untuk mendekati zina (pacaran). Berarti Alloh sudah menyediakan suatu proses menuju pernikahan yang lebih indah, elegan dan tetap menjaga kehormatan daripada sekedar pacaran. Jadi pacaran yang benar adalah pacaran setelah pernikahan. Artinya kita boleh mencurahkan segala cinta manusiawi kita terhadap pasangan hidup hanya karena Alloh, karena mencintai Alloh serta demi memelihara kehormatan diri. So, bagaimana proses syar’i menuju pernikahan? 1. Sholat Istikhoroh Jika seseorang telah membulatkan tekadnya untuk menikah, maka hemdaknya ia meminta kepada-Nya agar memberi yang baik baginya, insya Alloh. Serdasarkan sabda nabi dalam hadist”apabila seorang diantara kamu berhasrat melakukan suatu perkara maka hendaknya ia mengerjakan sholat dua rokaat diluar sholat fardhu. Kemudian bacalah doa ini : “Ya Alloh, sesungguhnya aku memohon pilihan yang tepat kepadaMu, ilmuMu, aku memohon kekuatan kepadaMu, dengan keMahakuasaanMu, aku memohon karuniaMu yang besar. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa sementara aku tidak kuasa. Engkau Maha Mengetahui, sedang aku tidak mengetahui, dan Engkaulah yang Maha Mengetahui Perkara yang Ghoib. Yaa Alloh apabila Engkau megetahui bahwa perkara ini baik bagiku, bagi agamaku, bagi hidupku dan baik akibatnya terhadap diriku, (atau ia katakan: baik bagiku di dunia maupun akhirat), maka tetapkan dan mudahkanlah bagiku. Dan sesungguhnya jika Engkau tahu bahwa perkara ini buruk bagiku bagi agamaku, bagi hidupku dan buruk akibatnya terhadap diriku, (atau ia katakan: buruk bagiku di dunia maupun akhirat), maka jauhkanlah perkara ini bagiku dan jauhkan diriku darinya. Tetapkanlah kebaikan untukku di mana saja aku berada, kemudian jadikan diriku ridha menerimanya.” Lalu Rosul bersabda “Lalu silahkan ia sebut kepentingannnya” Hadits riwayat Bukhori. 2. Ta’arruf/ melihat calon istri/ suami Bila seseorang ingin menikahi wanita yang diidam-idamkannya (artinya dia memang telah benar-benar tekad untuk menikah) maka ia boleh mencuri pandang melihatnya. Ia boleh melihat apa-apa yang dapat mendorongnya untuk menikah. Dalam hal ini ada beberapa hadits diantaranya; Dari Jabir bin Abdullah ia berkata, Rosululloh bersabda:”Apabila seseorang diantara kamu ingin melamar seorang wanita, maka ia bisa melihat apa-apa yang dapat mendorongnya menikahinya maka lakukanlah”. H.R. Abu Dawud. Laki-laki tersebut juga boleh mencari-cari berita terhadap wanita yang ingin dinikahinya, tapi hanya dalam batas informasi untuk mengantarkan kepada pernikahan. Misalnya bertanya kepada saudara laki-laki si wanita, orang tua si wanita, atau mengutus seorang wanita (mahrom dari pengutus) untuk mendekati si gadis. Begitu pula sebaliknya, seorang wanita juga boleh lebih dulu memulai proses ini. 3. Khitbah/ Melamar calon istri Setelah itu hendaklah ia melamar wanita pilihannya itu kepada walinya (wali dari si wanita). Bagaimana jika seseorang belum mampu untuk menikah? 1. Shoum (berpuasa) Sabda Rosululloh:”Wahai para pemuda, siapa saja diantara kamu yang memiliki kemampuan hendaknya ia segera menukah. Karena menikah itu akan lebih menundukkan pandangan nya dan menjaga klemaluannya. Barangsiapa yang belum mampu, maka shoum merupakan salah satu peredam nafsu syahwat baginya.” 2. Ghodul bashor (Menundukkan pandangan) “Katakanlah kepada para laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangan dan memelihara kemaluan; karena yang demikian itu lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat. Katakanlah juga kepada para perempuan yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangan dan memelihara kemaluan, dan hendaklah tidak menampakkan perhiasan mereka, kecuali yang (biasa) nampak. Dan hendaklah menutupkan kain kerudung ke dada mereka”. (An-Nur ayat 30-31). Bukan berarti menundukkan pandangan adalah selalu menundukkan wajah hinnga kita ngga’ tahu di depan ada tembok, lalu terbentur!! Menundukkan pandangan berarti menjaga pandangan agar tidak liar atau tertuju pada hal-hal yang diharomkan, sehingga kita dapat mengendalikan hati dan membuatnya bercahaya dalam naungan iman dan taqwa. 3. Menghindari khalwat, ikhtilat dan lingkungan yang menjurus pada legalisasi pacaran. Berduaan dengan lawan jenis tanpa mahrom (kholwat) dan bercampur-baur antara laki-laki dan perempuan ajnabi (yang bukan mahrom) sebenarnya dilarang dalam Islam. Akan tetapi kondisi dan lingkungan di negara kita saat ini banyak yang tidak memungkinkan untuk menghindarinya 100% seperti di sekolah, kampus, bis kota, dan tempat-tempat yang seharusnya dipisah antara laki-laki dan wanita. Karenanya kita harus pandai-pandai meminimalisir khalwat dan ikhtilat apabila memang kita dituntut untuk demikian demi kemaslahatan yang lebih banyak. Apalagi berkumpul dengan teman-teman pelaku pacaran, lebih baik berkumpul dengan orang-orang sholih. Karena keimanan seseorang dapat dilihat dari teman-temannya atau dengan siapa dia bergaul. 4. Mengingat-ingat kematian yang bisa saja datng kapan saja, siksa kubur, kiamta, neraka, surga, dan segala sesuatu yang dapat membuat kita cenderung kepada Alloh, takut dan berharap kepadaNya. 5. Menyibukkan diri dengan aktivitas syar’i terutama mencari ilmu syar’i Mencari ilmu syar’I bisa melalui membaca bubu-buku atau majalah Islam syar’I dan mendatangi kajian-kajian yang benar-benar sesuai Al-Qur’an dan Sunnah dengan pemahaman As-Salaf As-Sholih. So…tunggu apa lagi?! Mulai sekarang temukan jati diri kita, cinta haqiqi kita (Cinta Karena Alloh Subhanahuwataala) Lalu…LUPUS (Lupakan Urusan Pacaran Untuk Selamanya)

MENCARI CINTA HAQIQI

Semasa SD aku sudah mengenal cinta. Entah bagaimana perasaan kenal itu (sok kenal atau apa?) Tapi yang aku tau dari teman-teman kecilku, cinta itu adalah milik orang-orang yang berpacaran. Karenanyalah mereka menjodoh-jodohkan aku dengan teman lelaki yang sebaya dan dianggap serasi. Termasuk aku yang akhirnya dipasangkan dengan seorang anak bernama “Hen”. Dan saat itu aku hanya sok cuek sembari tersipu-sipu malu ketika mereka menggodaku dengan anak itu. Sepertinya itu yang dikatakan masa-masa cinta monyet. “Dasar anak kecil” pikirku sekarang. Untung saja Alloh menolongku. Aku tidak sampai mengalami “Pacaran SD” hingga aku lulus dan masuk SMP. Apalagi aku hanya murid satu-satuanya yang masuk ke SMP kota, menjadikanku jarang kembali bergaul dengan teman-teman SD-ku. Lalu bertemulah aku dengan teman-teman baru yang ternyata tidak lebih baik dari teman-teman SD-ku. Jadilah masa SMP menjadi masa nakal-nakalnya aku. Bagaimana tidak? Aku dan teman-teman dekatku yang perempuan punya hobi baru yang kami sebut “Ngecengi cowok”. Aturannya kita harus punya satu sasaran teman laki-laki yang jadi target untuk PDKT dan dijadikan pacar kita, atau paling tidak jadi teman dekat. Masya Alloh. Saat itu standar pilihan dalam memilih cowok bagiku yang wajib dipenuhi adalah fisiknya yang oke. Jadilah cowok yang paling cakep di kelas menjadi targetku. Untung Alloh menolongku sekali lagi. Karena aku bukan termasuk anak yang terlalu agresif, maka belum sempat aku PDKT padanya hingga menjelang lulus SMP, bukannya pujaan hati yang didapat malah kejatuhan sakit hati melihat dia pacaran dengan orang lain. Kasihan deh aku…Tapi sekarang kupikir, alangkah baiknya Alloh padaku yang memberi sedikit kepahitan tapi menghindarkan dari marabahaya yang lebih besar. Tak hanya itu, di awal SMA rasa penasaranku terhadap cinta semakin menjadi-jadi dan mulai berani. Aku seperti gadis dengan mata liar yang siap menerkam mangsa. Sebenarnya aku hanya ingin mendapatkan cinta yang haqiqi. Tapi aku masih belum memahami cinta seperti apakah itu, apa hakekatnya? Dimanakah aku bisa mendapatkannya? Aku ingin diperhatikan, bukan perhatian seperti perhatian Bapak. Aku ingin disayangi, bukan kasih sayang seperti yang diberikan Ibu. Aku ingin dimanja, bukan seperti kakakku yang sering memanjakanku. Aku ingin ada teman tempat berbagi keluh kesah, bukan tempat berbagi curhat seperti pada sahabat perempuanku. Lebih dari itu semua. Hingga aku temukan jawaban konyol tanpa berpikir ke depan dan kebelakang. Aku harus mencari pacar! Siapapun itu asal aku tertarik. Berikutnya, jadilah kakak kelasku di SMA jadi sasaran berikutnya. Saat aku mengenalnya, dia adalah laki-laki yang baik, dan satu lagi yang penting, dia tampan! Kami mengikuti satu organisasi ekstrakulikuler yang sama. Tapi anehnya ditengah kebaikannya dia seolah menghindar saat kudekati. Aku semakin penasaran dan mulai menggantungkan hati padanya. Padahal kini kupahami bahwa Alloh tidak berhak disekutukan sebagai tempat bergantungnya hati. Tapi apa dikata, sikapnya yang baik itu ternyata kusalahartikan. Kebaikan dan ketampanannya itu ternyata bukanlah cermin kepribadiannya. Kusadari kebodohanku setelah mendengar bahwa dia menyukai gadis lain yang ternyata temanku sendiri dan kulihat dia berpacaran dengangadis pujaanya itu. Hari-hariku setelah itu bagai badai di hujan deras, guntur di siang hari. Nilai-nilai pelajaranku anjlok. Aku merasa tertekan, dunia terasa sesak. Aku mulai lelah dengan petualanganku mencari cinta. Bahkan aku sempat sangat membenci kakak kelasku yang kuanggap menghianatiku itu. Padahal akau tau kami sama sekali tidak pernah berhubungan dekat. Ditengah keadaanku yang seperti itu, ada seorang teman perempuan yang mulai dekat denganku. Dia adalah teman satu SMA tapi lain kelas, rumahnya juga tidak jauh dari rumahku. Kami mulai dekat saat shalat tarawih bersama di bulan Ramadhan kala itu. Aku tertarik bergaul dengannya karena dia begitu lembut, baik, santun dan dia juga humoris. Seringkali aku tersenyum jika bersamanya. Dia juga memakai jilbab lebar tidak seperti jilbab yang dipakai oleh teman-temanku lainnya yang masih menonjolkan lekuk tubuhnya. Suatu saat dia mengajakku ke kajian kemuslimahan yang diadakan tiap hari Jum,at pulang sekolah. Awalnya aku malu-malu karena saat itu aku masih belum menutup kepala, tangan dan kakiku dengan pakaian sepertinya. Namun kupikir lagi, barangkali sakit hatiku akan hilang dan setidaknya perlahan berkurang dengan datang ke kajian itu. Akhirnya kuputuskan melangkahkan kakiku ke masjid sekolah untuk mengikuti kajian sebagai tempat pelarian sedihku. Baru beberapa kali aku mengikuti kajian, aku telah merasakan suatu kebahagiaan, kepuasan batin yang tidak pernah aku dapatkan sebelumnya. Aku seperti seorang pengembara di padang pasir yang kehausan dan telah menemukan telaga dengan berlimpah air. Ditambah lagi kehangatan, senyuman dari ustadzah yang sabar membimbing adik-adiknya. Hingga perlahan tapi pasti aku semakin memahami akan makna hidup ini. Begitu juga dengan Islam. Agama yang selama ini kupeluk sejak lahir, yang aku tidak paham maknanya, yang selama ini kukira hanya sebagai alat untuk masuk surga, yang tidak perlu dicari ilmunya, yang cukup dari pembelajaran di sekolah saja. Betapa jahilnya aku saat itu. Aku mulai belajar Islam seolah dari nol. Aku juga mulai mengenal manhaj Salaf, belajar aqidah, tauhid, sunnah, akhlak, dan lainnya dengan dibantu oleh teman akhwatku yang telah mengenal lebih dahulu. Pun mengenai pacaran kini aku mengerti. Pacaran bukanlah sarana untuk menemukan cinta haqiqi. Justru pacaran akan semakin menjerumuskan ke dalam jurang kesengsaraan. Kini kurenungkan kembali, betapa beruntungnya aku. Ketika nyaris telah berada di tepi jurang, Alloh selalu menolongku. Alloh selalu menyelamatkanku dari kehancuran. Satu lagi yang kupahami, betapa Penyayangnya Alloh pada hamba-hambaNya. Termasuk aku yang selalu digagalkan jalannya untuk sekedar mencicipi maksiat pacaran. Hingga kini aku berada di bangku kuliah, Alloh menguji keimananku. Ketika dulu aku menyukai seseorang untuk dijadikan pacar, mereka selalu lari terbirit-birit dariku. Tapi sekarang meskipun aku telah berjilbab lebar, dan berusaha untuk godhul bashor, ada saja laki-laki yang iseng atau entah apa berusaha menarik perhatianku. Memang letak ujian Alloh ada disini. Laki-laki tersebut secara fisik masuk kriteria seperti yang aku idam-idamkan dulu. Dia tampan! Tapi hati kecilku kini berkata “tidak”. Aku tidak ingin terjerumus lagi ke jurang yang sama. Aku sadar ini adalah ujian dari Alloh dan aku harus kuat. Di tengah ikhtilat yang berlaku di kampusku aku sadar sangat sulit untuk menghindari maksiatnya mata. Tapi aku harus tetap menjaga diri dan hati. Karena aku sadar cinta yang haqiqi adalah cinta untuk Alloh dan karena Alloh. Aku ingin mencintai seseorang dibawah ridhonya Alloh. Kelak aku ingin mencintai lawan jenis yang bukan mahrom hanya untuk suamiku. Dan aku ingin mencintai suamiku karena diennya dan karena kecintaannya pada alloh. Bukan hanya karena ketampanannya semata. Kini aku hanya bisa mempersiapkan diri menyongsongnya sekaligus berharap-harap cemas, bertawakal kepada Alloh agar bisa mendapatkan yang terbaik untuk agamaku, diriku, keluargaku, dunia dan akhiratku. Semoga Alloh memudahkan.

love poems: :""""")

love poems: :"""""): Kepadamu yang akan menjadi pendampingku kelak.. Terimakasih karena telah memilihku di antara ribuan bidadari di luar sana yang siap untuk...